Mereka datang dengan semangat muda, mengenakan seragam hitam putih khas CPNS dengan label nama bertengger rapi di dada kanan dan bros KORPRI mengilap di dada kiri. Sebuah penampilan yang mencerminkan harapan besar, sekaligus mengisyaratkan awal perjalanan panjang dalam dunia birokrasi. Sebagai salah satu komisioner Bawaslu Bireuen, saya diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan pada prosesi penyambutan. Ini bukan hanya soal menyampaikan formalitas, tetapi juga tentang memberikan perspektif dan sedikit penguatan moral.
Selamat Datang di Kabupaten Bireuen, Negeri 1001 Cerita
"Selamat datang di Kabupaten Bireuen, kabupaten yang memiliki 1001 cerita."Demikian ucapan pertama yang saya sampaikan. Angka 1001 bukan tanpa makna. Di setiap sudut Bireuen, dari warung kopi hingga ruang rapat desa, tersimpan beragam kisah yang kaya makna tentang politik lokal, budaya, ekonomi, dan kehidupan sosial yang dinamis. Di sini, para CPNS muda ini akan menyaksikan realitas yang tak selalu seindah teori di bangku kuliah.
Bireuen bukan hanya tempat bekerja, tapi tempat belajar kehidupan. Di sinilah mereka akan mengerti bahwa birokrasi dan politik bukan hanya soal regulasi, tetapi juga soal relasi, persepsi, dan tentu saja, kompromi.
Ucapan kedua saya: "Selamat datang di komunitas ASN, komunitas yang selalu mendapatkan privilege dari pemerintah, bahkan lebih daripada rakyat yang menjadi pemilik kedaulatan tertinggi."
Pernyataan ini memang bernada satir, tetapi tidak bisa dipungkiri kebenarannya. Dalam situasi sulit seperti pandemi kemarin, ASN tetap menerima gaji, THR, bahkan berbagai tunjangan. Itu adalah hak, tentu saja. Namun di balik setiap hak, ada tanggung jawab besar.
ASN bukan hanya pelaksana tugas, tetapi representasi negara di mata rakyat. Maka, sudah sepantasnya mereka menyadari bahwa setiap tindakan, ucapan, bahkan sikap diam mereka, adalah bentuk komunikasi dari negara kepada rakyat.
"Selamat datang di Bawaslu Bireuen, kalian adalah amunisi baru untuk menghadapi Pemilu 2028."
Sebagai pengawas pemilu, Bawaslu memikul tanggung jawab besar untuk memastikan demokrasi berjalan adil dan transparan. Para CPNS ini akan menjadi garda depan dalam pengawasan, pelaporan, hingga edukasi pemilu di tengah masyarakat. Tugas ini tidak mudah. Mereka akan menghadapi berbagai tekanan, dari yang halus hingga yang terang-terangan. Tapi di situlah nilai perjuangan berada.
Pemilu bukan hanya soal suara yang dihitung, tapi juga tentang integritas yang dijaga. Para CPNS akan menjadi bagian penting dalam upaya membangun kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
Etika ASN Lebih dari Sekadar Seragam dan Absen
Dalam sambutan itu, saya lebih menekankan pentingnya etika. Etika sebagai ASN dan etika sebagai bagian dari lembaga pengawas pemilu. Ini bukan tentang sekadar datang tepat waktu dan mengenakan seragam. Ini tentang bagaimana mereka bersikap kepada masyarakat, kolega, dan sistem.Apakah mereka tetap ramah saat ditanya hal yang sama berulang kali? Apakah mereka tetap jujur meski ada peluang untuk tidak? Apakah mereka bisa tegas tanpa kehilangan empati?
Etika ASN diuji saat tidak ada yang mengawasi. Ketika tidak ada kamera, tidak ada berita, tidak ada laporan. Maka, integritas bukanlah sesuatu yang bisa dibentuk instan. Ia dibangun dari kebiasaan, konsistensi, dan keberanian untuk berkata tidak pada hal-hal yang melanggar.
Selain itu, sebagai bagian dari Bawaslu, tantangan etika akan lebih kompleks. Para CPNS akan berada di tengah tarik-menarik antara kepentingan politik, tekanan sosial, dan tuntutan profesionalisme. Di sinilah mereka harus belajar menjadi pengawas yang adil, netral, dan berani.
Mereka harus siap tidak populer. Harus siap tidak disukai oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan. Tapi mereka juga harus tahu bahwa keberpihakan pada keadilan adalah bentuk keberanian yang paling tinggi dalam birokrasi.
Dalam sambutan saya, saya sempat menyelipkan sedikit candaan:
"Di Bawaslu, kita bekerja dengan otak, hati, dan kadang perasaan yang harus diset agar tidak terlalu baper. Karena tidak semua yang melanggar akan dijeruji, dan tidak semua yang jujur akan dipuji."
Tawa kecil pun terdengar. Tapi saya yakin, kelak mereka akan paham bahwa kalimat itu mengandung kebenaran yang mendalam. Dunia birokrasi dan pengawasan bukan selalu tentang logika hitam-putih. Ada area abu-abu yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan.
Realitas Pengawasan
Saya sampaikan kepada mereka bahwa di dunia pengawasan, tidak semua orang akan senang dengan keberadaan kita. Laporan yang kita proses bisa membuat seseorang kehilangan jabatan. Temuan yang kita keluarkan bisa menggugurkan harapan orang untuk duduk di kursi kekuasaan.Namun, itulah bagian dari tugas suci menjaga demokrasi tetap berada di jalur yang benar. Karena tanpa pengawasan, kekuasaan bisa dengan mudah berubah arah menjadi tirani.
Di akhir sambutan, saya sampaikan pesan singkat:
"Jangan buru-buru jadi hebat, yang penting jadi benar dulu. Dunia birokrasi punya banyak jebakan: kekuasaan, kenyamanan, dan yang paling berbahaya rutinitas."
Ketika seseorang mulai merasa terlalu nyaman, berhenti bertanya, dan hanya menjalankan tugas sebagai formalitas, di situlah etika mulai tergerus. Maka, tetaplah bertanya, tetaplah belajar, dan tetaplah kritis. Jadilah air yang mengalir, bukan danau yang menggenang dan keruh.
Usai acara, saya sempat melihat wajah mereka memancarkan antusiasme dan sedikit kebingungan. Wajar. Dunia kerja adalah realitas baru. Tidak ada lagi dosen yang memberi nilai, tapi ada atasan, target, dan masyarakat yang menuntut hasil nyata.
Sambutan hari itu mungkin tidak seformal pidato kenegaraan. Tapi saya yakin, kejujuran lebih membekas daripada basa-basi.
Selamat datang CPNS muda. Selamat datang di dunia nyata. Dunia di mana idealisme diuji, bukan hanya ditulis. Dunia di mana kalian bisa memilih antara menjadi birokrat biasa, atau penjaga demokrasi yang luar biasa.
Pemilu 2028 masih jauh. Tapi perjuangan kita dimulai sekarang. Jadilah bagian dari solusi, bukan masalah. Dan ingat, dalam pengawasan, diam bisa jadi bentuk pelanggaran.
Mari kita bekerja bersama, tertawa bersama, dan berjuang bersama. Semoga lima tahun ke depan, kalian bisa menatap cermin dan berkata:
"Saya bangga menjadi ASN yang benar, bukan hanya ASN yang pintar."